(Oleh : Suwardoyo69)
Aku terjebak dalam hitamnya malam
Dilemparkan mimpi dan angan-angan
Di sekelilingku penuh aroma wangi bunga
Aku terbuai dalam aromanya.
Dan ketika kutatap bulan
Yang bertengger di wuwung rumahku
Di atas bukit kerontang bertanah batu
Separuh tertutup kepak kelelawar
Separuh pucat dan nanar
Dan esoknya,
Ketika matahari menyapa tidurku
Betapa aku merasakan
Kau sungguh sangat berarti
membawaku berlabuh di pantai ini
hingga sampai detik ini
SEPI ITU
(Oleh: Suwardoyo69)
Bukan keinginannku ingin berbagi sedih
sedihku adalah napas hidupku
kita memang pernah bersama
tapi sejenak kita sudah dalam sepi
Saat ini aku bagaikan kelelawar
mengepakkan sayap dari ujung malam
hingga ke penghabisan
dan, kupilih kau dari yang banyak
tapi,
ternyata kau tak bisa mewakili yang kupilih
jangan kembali kau terbang ke arahku
membawa wangi aromamu
karena kita memang tidak pernah sama
hanya impian ini akan kutulis lagi
di atas kapal di tengah laut bertepi
bahwa aku masih tetap menanti
dalam sepi
GADIS DI SEBERANG REL KERETA
(Oleh: Suwardoyo69)
Gadis di seberang rel kereta
Kau telah mencuri hatiku
Senyummu selalu saja menggoda
membayang dipelupuk mata
Gadis di seberang rel kereta
bagai bunga yang penuh duri
menikam lalu menghujan ke ulu hati
memperdaya namun tak tergapai
Gadis di seberang rel kereta
kau semakin jauh
tertinggal laju kereta
Hanya tanganmu kecil melambai
mengantarku pergi
meninggalkan kotamu
JANJI SEORANG ANAK
KEPADA IBUNYA
(Oleh: Suwardoyo69)
Dari tanah berbatu cadas dulu terlahir
Di sebuah perbukitan kapur yang gersang
Hidup dari kepapaan yang berkepanjangan
Yang tiada pernah terungkap oleh sejarah zaman
Keberadaanku yang sebagai batu di lautan
Hai gunung tempatku terlahirkan
Keras batumu sekeras inginku
Curam tebingmu securam masa depanku
Gersang tanahmu segersang hidupku
Kan kutaklukan semua itu
Hanya untuk mu , Ibu
Kelak aku datang
Rebahkan diri atas pangkuan-Mu